Senin, 19 Juli 2010

20


Akhirnya aku sampai di rumah. Wilgeth pun menyambutku dengan sangat antusias. Aku membungkukkan sedikit tubuhku agar wajahku dapat dekat ke wajah Wilgeth. Dan lalu membiarkan Wilgeth menjilati pipiku. Benar-benar sangat menyenangkan!

“kau sudah pulang, sayang? Bagaimana dengan kuliahmu?” Tanya mama tiba-tiba sembari memeluk tubuhku.

Aku benar-benar kaget, mama sudah berada di rumah. Mama itu persis seperti jelangkung yang ada di Indonesia, datang tak dijemput pulang tak diantar, begitulah mama. Beliau tidak pernah memberitahu kapan ia akan pulang ke rumah dan kapan ia akan pergi lagi. Dan aku sudah menjadi biasa dengan hal itu.

“kuliahku baik-baik saja.”

“baguslah kalau begitu. Sekarang kamu ganti pakaian lalu makan. Mama sudah memasakkan makanan kesukaanmu, “ ucap mama.

Aku masuk ke kamar. Seperti biasa, Wilgeth selalu mengikutiku dari belakang. Dan aku langsung membaringkan tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk itu. Wilgeth pun tak mau kalah, dia langsung melompat dan kemudian naik di atas tubuhku sembari menjilat-jilati wajahku.

“Wilgeth, aku tidak sedang ingin bermain,” ucapku sembari memeluk leher Wilgeth.

Wilgeth seolah tidak peduli, dia terus saja menjilati wajahku sembari menggonggong. Dan sekarang wajahku benar-benar basah karena air liur Wilgeth. ini benar-benar menjijikkan. Setidaknya aku tidak perlu mencuci mukaku lagi.

“Wilgeth, aku sedang sedih. Tadi aku melihat Sharon dan William berciuman, “ curhatku setengah berbisik.

Wilgeth beringsut perlahan dari atas tubuhku lalu duduk disampingku. Wilgeth sepertinya mengerti kalau aku sedang sedih dan tak ingin bermain. yang sekarang ia lakukan hanyalah menunggu aku bercerita dan berusaha menjadi pendengar yang baik.

“tapi tak apa, aku yakin kalau aku yang akan menjadi pelabuhan terakhir buat William. Aku akan menikah dengannya dan aku jamin, dia tidak akan menyesal karena telah memilih aku sebagai istrinya. Kau tahu Wilgeth? Aku akan buat William menjadi seorang suami yang paling beruntung di muka bumi ini. Setiap pagi, aku akan membangunkan William dengan kecupan manis di pipinya dan secangkir kopi hangat seperti yang biasa mama lakukan pada papa. Menyiapkan sarapan dan pakaian kerja buat William serta membantunya memasangkan dasi. Hahaha… Benar-benar keluarga bahagia!” ucapku yang sedari tadi menutup mataku sembari mengkhayalkan kehidupanku dan William di masa depan.

“oh ya, kelak aku juga akan bekerja, Wilgeth. Tapi jam kerjaku tidak akan melebihi jam kerja suamiku. Misalnya, William bekerja delapan jam sehari dan aku akan bekerja enam jam sehari. Setidaknya, aku ada waktu dua jam berada di rumah sebelum William pulang kerja. Sehingga, aku bisa menyambut William pulang bekerja dengan senyuman manis. Lalu menyiapkan air hangat untuk mandinya, memijat pundaknya ketika ia merasa letih, bercerita hal-hal lucu hingga ia tetawa dan kami akan mempunyai sepasang anak yang tampan dan cantik. Hahahaha…”

Kikuk… kikuk… kikuk… kikuk… kikuk… kikuk…

Tiba-tiba jam cuckoo yang dibeli papa dari Jerman berkikuk enam kali. Dan itu artinya bahwa sekarang sudah pukul enam sore. Aku pun langsung tersadar dari imajinasiku. Dan beranjak untuk segera mandi.

“Wilgeth, sekarang sudah pukul enam sore. Aku harus segera mandi, apakah kau ingin mandi bersamaku, Wilgeth?” tanyaku pada Wilgeth.

Wilgeth menggelengkan kepalanya dan menunjukkan wajah sedih. Aku tahu, itu artinya Wilgeth tidak ingin mandi denganku. Huh, seekor anjing saja tak ingin mandi denganku. Benar-benar menyedihkan jadi seorang Margareth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar