Kamis, 17 Juni 2010

11


Aku masih memikirkan kejadian tadi malam. Bayangan wajah William dan pacarnya tak hilang dari ingatanku. Mereka bagaikan sepasang pangeran dan putri, sangat sempurna. Dan aku? Sebagai dayang-dayang saja aku belum cukup pantas. Yeah, sama sekali tidak pantas.

“Wilgeth, mendekatlah padaku. Aku kedinginan, bolehkah aku meminjam tubuhmu?” tanyaku pada Wilgeth.

Wilgeth hanya mengangguk dan menggonggong sekali sembari mendekatkan diri kepadaku, lalu aku memeluk Wilgeth. Wilgeth adalah satu-satunya anjing yang sangat wangi, aku senang berlama-lama memeluknya. Tapi aku tidak tahu apakah Wilgeth juga senang jika aku peluk, mungkin dia tidak senang. Tapi itu terpaksa harus dia lakukan demi menunjukkan rasa setianya pada majikannya.

“Wilgeth, kau tahu siapa wanita yang bersama dengan William tadi malam? Dia adalah Sharon, pacar William yang kesebelas. Sangat cantik bukan? Sharon juga pintar, baik, feminim, lembut dan sempurna,” curhatku pada Wilgeth.

Wilgeth hanya memandangku sedih. Aku yakin, pasti Wilgeth merasa beruntung sebab dia hanya seekor anjing yang tak harus menggunakan perasaan yang dalam dan yang tidak harus merasakan sakit hati.

Di dunia ini, hanya Wilgeth yang mengetahui rahasia-rahasia terbesarku. Meskipun Emily adalah temanku sejak lahir, namun aku takkan pernah membicarakannya pada Emily. Aku lebih suka curhat dengan Wilgeth, sebab jika bersama Wilgeth, seluruh rahasiaku bakal aman. Aku yakin, Wilgeth takkan pernah menceritakan rahasiaku pada siapapun kecuali jika ia dapat berbicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar