Kamis, 17 Juni 2010

12

Akhirnya mama pulang bersama om John. Jangan berpikiran bahwa om John adalah selingkuhan mamaku. Om John hanya seorang dokter pribadi keluarga kami. Om John teman akrab papa, dulunya rumah mereka bersebelahan. Namun sekarang, om John telah tinggal disebuah apartment elit.

“sayang, badanmu sangat panas. Apa yang terjadi, sayang?” Tanya mama sembari mencium pipiku.

Seandainya mama tahu betapa aku tidak suka dicium olehnya, pasti ia takkan menciumku lagi. Aku benci dengan noda lipstik yang menempel dipipiku. Itu benar-benar menjijikkan.

“tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ma. Tadi malam, aku dan Wilgeth hanya terjebak dalam hujan lebat.”

Kemudian om John mendekatiku untuk memeriksakan kondisi tubuhku. Om John terlihat lebih tua dari tiga tahun yang lalu. Wajahnya sudah mulai ditumbuhi keriput dan ia juga mulai mengganti warna rambutnya menjadi warna putih. Oh… aku rasa ia bukan sengaja mengecat rambutnya dengan warna putih, tapi itu adalah uban. Ya ya ya… om John telah semakin tua. Dan pasti umurnya sudah tidak lama lagi.

“hai Margareth! Om tidak menyangka kalau Margareth sekarang sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja. Sepertinya, kita sudah lama tidak bertemu,” ucap om John.

Yeah, sebagai manusia normal, aku pasti mengalami pertumbuhan seperti sekarang. Aku bukan anak-anak bayi dalam film Rugrats yang selamanya akan menjadi bayi. Lagi pula, anak-anak bayi dalam film tersebut kini sudah ada versi mereka sewaktu remaja.

“iya. Kita sudah tiga tahun tidak bertemu, dan itu artinya aku masih sehat-sehat saja dalam tiga tahun belakangan ini,” ucapku dengan suara serak.

Om John tersenyum.

Setelah memeriksa kondisi tubuhku dan memberi obat kepadaku. Om John buru-buru untuk pergi sebab pasien-pasiennya sudah menunggu di rumah sakit. Menunggu om John untuk mengatakan bahwa mereka mengidap penyakit jantung yang sudah stadium akhir dan sebentar lagi akan mati. Yeah, aku rasa itulah pekerjaan seorang dokter yang utama. Namun ternyata itu tidak benar.

Mama pun pergi mengantar om John sampai ke pekarangan rumah kami. Kemudian mama kembali lagi ke dalam kamarku sembari membawakan segelas susu dan sepotong roti panggang yang diisi dengan sekerat keju.

“sepertinya mama harus belanja banyak untuk mengisi lemari es yang kosong,”ucap mama.

“lemari es tidak kosong mama.”

“tidak kosong, tapi penuh dengan makanan Wilgeth. Atau… jangan-jangan kamu ikut mengkonsumsi makanan Wilgeth?” selidik mama.

“aku belum benar-benar gila untuk mengambil makanan Wilgeth,” ucapku.

Mama tersenyum dan membelai rambutku. Aku ingat, waktu aku kecil, mama selalu memanggilku dengan sebutan gadis kecil berambut jerami. Namun hal itu tidak lama, sebab aku akan menangis sekuat tenaga jika mama mengatakan hal itu. Karena bagiku, itu adalah suatu penghinaan yang besar yang dapat menjatuhkan harga diriku.

“oh ya! Mama sudah mengirim email ke kampusmu untuk memberitahukan bahwa kamu tak dapat mengikuti inagurasi tiga hari tiga malam,” ucap mama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar